1. Tanaman paling Tangguh (Welwitschia Mirabilis)
Memang tumbuhan yang satu ini nggak keliatan asik, tapi tumbuhan asli
Namibia ini memang luar biasa, cuma satu-satunya! Tumbuhan ini hanya
punya dua daun, dan satu batang dan sistem akar, cuman itu aja! Tapi dua
daun ini terus tumbuh sampai akhirnya mirip Alien. Batang tanaman ini
makin lama akan makin tebal, tapi tidak meninggi, tinggi maksimum
tanaman ini hanya 2 meter saja tapi lebarnya dapat mencapai 8 meter.
Umur tanaman ini bisa mencapai 400 sampai 15 abad!. Bisa hidup terus
tanpa hujan selama 5 tahun lamanya! Selain itu, tanaman yang dalam
bahasa Namibia disebut Onyanga ini ternyata enak untuk dimakan baik
dimakan mentah maupun dimasak dalam bara. O ya, arti nama Onyanga adalah
Bawang Padang Pasir!
2. Tanaman Karnivora (Dionaea Muscipula)
Tanaman satu ini adalah tanaman karnivora paling terkenal, karena
aktivitas dan efisiensinya dalam memerangkap mangsa. Pasangan “Daun”
yang menjadi ciri khas tanaman ini adalah perangkap yang memiliki rambut
yang ultra sensitif, yang dapat merasakan adanya hewan atau serangga
kecil yang datang. Begitu rambut di daun ini tersentuh, maka daun akan
menutup dan memerangkap hewan apapun yang mendekatinya.
3. Bunga Terbesar di Dunia (Rafflesia Arnoldii)
Bunga besar yang langka ini mendapat perhatian luar biasa di dunia.
Bayangkan ukuran bunganya yang dapat mencapai 1 meter dan beratnya
sendiri bisa mencapai 8 kg sampai 12 kg. Tapi masalahnya baunya ndak
wangi, malah lebih mendekati daging busuk. Makanya bunga ini disebut
bunga bangkai di negara kita, yang adalah habitat asli bunga ini. Bunga
ini akan mekar seminggu atau tiga hari, dan menarik serangga untuk
membuahi dengan bau busuk yang dipancarkan oleh bunga ini. Sayangnya,
dari hasil pembuahan, hanya 10-20 persen saja yang berhasil tumbuh
4. Tanaman Menari (Desmodium Gyrans)
Darwin menamai tumbuhan ini sebagai Hedysarum, atau para ahli botani
menyebutnya Desmodium Gyrans, atau lebih modern lagi Codariocalyx
Motorius. Nama yang biasa dikenal adalah Rumput Menari (Dancing Grass)
atau Tanaman Semaphore (Semaphore Plant), karena gerakan daunnya, yang
mirip dengan gerakan tangan pengirim sinyal semaphore. Tanaman ini
gampang skeali tumbuh, hanya butuh matahari dan air saja tanpa perlu
pupuk yang rumit.
5. Tanaman Bola Baseball (Euphorbia Obesa)
Tanaman ini adalah tanaman endemik di daerah Great Karoo, Afrika
Selatan. Karena bentuknya yang lucu, banyak penggemar tanaman akhirnya
mengambil tanaman ini dan mengkoleksinya, sehingga populasinya rusak
berat. Akhirnya tanaman ini dilindungi oleh pemerintah Afika Selatan.
6. Bunga Bangkai (Amorphophallus Titanum)
Bunga yang satu ini tinggi besar, bahkan lebih tinggi dari manusia.
Nah.. bunga yang ini yang ternyata mendapat julukan bunga bangkai,
karena selain baunya yang memang mirip bangkai, juga warnanya meniru
daging yang membusuk. Bunga ini ternyata juga dikenal luas di masyarakat
dunia sebagai salah satu tumbuhan asli Indonesia.
7. Pohon Botol (Boabab)
Pohon ini merupakan tumbuhan asli daerah Madagaskar, Afrika dan
Australia. Pohon ini disebut pohon botol, karena selain bentuknya yang
memang mirip botol, pohon ini ternyata memang dapat meyimpan sampai
dengan 300 liter air! Makanya bisa tumbuh sampai 500 tahun!
8. Pohon Darah Naga (Dracaena Cinnabari)
Tanaman ini asli kepulauan Socotra. Pohon ini dikenal dengan nama
Pohon Darah Naga atau Pohon Naga Socotra. Bentuknya yang unik, seperti
payung, ternyata hanya satu dari uniknya pohon ini. Nama darah naga dari
pohon ini ternyata diambil dari getah pohon ini yang berwarna merah.
Persis seperti darah naga di Harry Potter, ternyata ‘darah naga’ dari
pohon ini berguna untuk pengobatan. Selain itu, ternyata warna merah
‘darah naga’ pohon ini juga sering digunakan sebagai pewarna merah
alami.
9. Tanaman Kebangkitan (Selaginella Lepidophylla)
Nama lain bunga ini adalah Bunga Jericho, tumbuhan gurun pasir ini
dikenal atas kemampuannya bertahan bahkan di saat kekeringan. Pada saat
musin kering, batangnya akan mengkerut dan menggulung menjadi bola. Dan
begitu ada air, batang tadi akan melepaskan diri dari gulungannya.
Tanaman ini banyak ditemui di gurun Chihuahua
10. Pohon Dinamit (Hura Brasiliensis)
Tanaman ini ternyata merupakan salah satu tanaman
yang berasal dari hutan tropis Amazon. Julukan lainnya? Pohon Neraka,
atau ada juga yang menjuluki Pohon Kotak Pasir (sandbox tree). Bayangkan
saja, batangnya ditutupi duri tajam, dan sudah seperti itu, getah pohon
ini ternyata beracun dan banyak digunakan oleh penduduk setempat untuk
meracuni mata panah mereka. Selain itu, mereka juga punya buah. Dan buah
pohon ini nggak main-main, begitu matang, buah pohon ini akan meledak!
Bahkan kekuatan ledakan pohon ini sanggup melukai manusia dan hewan yang
tidak sengaja lewat di dekat pohon ini
Kamis, 27 November 2014
Perkembangan Agama Islam di Sumatra
-Masuknya islam di pulau Sumatra
Islam masuk ke Sumatra pada abad ke-7 Masehi, yang pada waktu itu di Sumatra telah berdiri kerajaan Budha di Sriwijaya (683-1030 M) yang menjadikan Islam masuk ke daerah itu sedikit mengalami kesulitan, dan pada waktu itu kerajaan Sriwijaya mendapat serbuan dari India, maka kesempatan itu digunakan untuk menyebarkan Islam bagi daerah-daerah.
-Jalur penyebaran islam ke pulau Sumatra
Islam di Sumatra khususnya aceh dipercaya sebagai cikal-bakal penyebaran Islam di Nusantara. Penyebaran Islam dilakukan oleh para saudagar Arab yang hilir mudik berdagang dari Mesir, Persia, Gujarat ke Cina melalui Barus-Fansur yang dipastikan terletak di ujung barat pulau Sumatra.Para pembawa Islam datang langsung dari Semenanjung Arabia yang merupakan utusan resmi Khalifah atau para pedagang profesional Islam yang memang telah memiliki hubungan perdagangan dengan Aceh, sebagai daerah persinggahan dalam perjalanan menuju Cina. Hubungan yang sudah terbina sejak lama, yang melahirkan asimiliasi keturunan Arab-Aceh di sekitar pesisir ujung pulau Sumatra, telah memudahkan penyiaran Islam. Islam telah berkembang di Aceh sejak abad VII. Keberadaannya dibawa oleh para saudagar Islam Arab dan bukan merupakan misi khusus penyebaran agama. Selain dari perdagangan masuknya islam ke daerah Sumatra juga dipengaruhi oleh kerajaan kerajaan yang ada di Sumatra dan dakwah dakwah dari wali-wali atau ulama yang ada pada saat itub)
-Tokoh tokoh yang mempengaruhi masuknya islam di pulau Sumatra
Selain dari perdagangan , pernikahan dan kerajaan masuknya islam di pulau Sumatra juga di pengaruhi oleh tokoh tokoh yaitu diantaranya adalah :
a) Syekh baharudin (Sumatra barat)
b) Raden Rahmat (sunan ampel )
c) Minak Kumala bumi (Sumatra selatan)
-Kerajaan kerajaan islam yang mempengaruhi masuknya islam di Sumatra
Kerajaan kerajaan islam juga sangat berperan penting dalam masuknya islam di pulau Sumatra . adapun kerajan islam di Sumatra sebagai berikut
1) Kerajaan samudera pasai
Samudera pasai adalah kerajaan islam pertama di Indonesia . Kerajaan ini berdiri sekitar abad 13 masehi. Pusat kerajaannya terletak di pantai timur Sumatra yang kini telah berada di sekitar Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara, Provinsi Aceh, Indonesia. Kerajaan ini merupakan kerajaan islam yang berkembang dengan pesat dan mencakup semua lapisan mulai dari kaum bangsawan dan para uleebalang ( bangsawan) . Kerajaan ini didirikan oleh merah silu atau yang biasa disebut sultan malikus saleh sekitar tahun 1285 M . dia diangkat menjadi raja oleh syekh ismail yaitu seorang mubalig Islam yang berkedudukan di mesir. Dalam pemerintahannya Sultan malikus saleh dibantu oleh Seri Kaya (Ali khairuddin), Bawa kaya ( Sidi Ali hasanuddin) dan Fakin Muhammad (mubalig yang berasal dari mesir )pada tahun 1297 Sultan Malikus saleh wafat dan memberikan warisan yang berupa kepimimpinan kepada putranya malikud dahir.Sultan Malikud dahir I (Muhammad) menjabat 29 tahun dan akhirnya wafat pada tahun 1326 M dan memberikan warisan berupa kekuasaan kepada anaknya Sultan malikud dahir II Sultan Malikud dahir II ( Ahmad bahaim syah ) Raja ini terkenal sangat alim dan rajin berdakwah dalam pemerintahannya ia dibantu oleh ulama yang dijadikan hakim yang berasal dari syiraz (iran). Pada masa ini kerajaan samudera pasai memiliki armada kapal dagang yang tangguh. Akhirnya pada tahun 1348 ia wafat dan digantikan oleh putranya Zainal abidin Zainal abidin dijadikan sebagai raja diusainya yang muda , sehingga dalam menjalankan kebijakannya banyak dipengaruhi oleh para pembantunnya yang menyebabkan kurang sesuai dengan kehendak rakyat . Akhirnya pada masa itu kerjaan ini mengalami kemunduran .Karena mengalami kemunduran hal ini dimanfaatkan oleh kerajaan majapahit dan kerajaan siam . 2 kerajaan tsb. Menyerang dan menyandera Zenal abidin dan akhirnya setelah 58 tahun berkuasa Zaenal abiding pun wafat. Lama kelamaan karena tidak ada yang mampu lagi mengangkat kerjaan pasai kerajaan ini menjadi kerajaan kecil yang ada dibawah kekuasaan kerajaan lain.
2) Kerajaan Malaka
Menurut sejarah kerajaan ini didirikan oleh seorang bangsawan yang masih keturunan Majapahit yang bernama Paramisora. Setelah beliau masuk islam dan menjadikan agama Islam sebagai agama kerajaan beliau menggunakan nama dengan gelar Sultan Muhammad syah. Dan mulai saat itu Malaka menjadi pusat perdagangan Asia Tenggara dan pusat penyebaran Islam. Dari Malaka Islam berkembang di kepulauan Nusantara, bahkan sampai ke Brunai dan Filifina Selatan (Mindanao).
3) Kerajaan Aceh
Kerajaan ini merupakan kerajaan yang menjadi pusat pengembangan islam di melayu. Kerajaan aceh ini juga sering berperang dengan portugis karena ingin mencegah berkembangnya agama kristiani di melayu. Kerjaan ini juga sebagai pendidikan islam yang akhirnya memunculkan golongan golongan ulama dan ilmuwan seperti , Hamzah fansuri Nuruddin alraniri dll. Raja pertamanya adalah Sultan Ali Mughayat Syah , kerajaan ini berhasil memperluas kekuasaan dan menyatukan kerjaan kerajaan yang ada disekitarnya . setelah sultan ali mughayat syah wafat pemerintahan dipimipin oleh Sultan salahudin keadaan aceh pada saat itu sangat lemah dan cenderung memberikan peluang untuk bekerja sama dengan portugis , akhirnya salahudin dijatuhkan Adapun masa kejayaan Kerajaan aceh yang terjadi pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607 – 1636 M). Hampir dua pertiga Pulau Sumatera menjadi wilayah Aceh. Pada masa ini juga hidup seorang ulama besar yang bernama Nurudin Ar-Raniry, beliau mengarang sebuah buku sastra yang bernilain tinggi dengan judul “Bustanus Salatina”(taman raja-raja). Buku ini terdiri atas tujuh jilid berisikan sejarah Tanah Aceh dalam hubungannya dengan sejarah Islam.
4) Kerajaan Perlak
Sultan Perlak adalah Sultan Alaidin Sayid Mauana Abdul Aziz Syah. Ia dilantik pada tanggal 1 Muharram tahun 225 H.
5) Islam di Barus
Papan Tinggi adalah sebuah pemakaman di Bandar Barus, pantai barat Sumatera Utara. Di salah satu batu nisan terdapat sebuah nama Said Mahmud al-Hadramaut. Selain itu seorang Islam bernama Sulaiman telah sampai di Pulau Nias pada tahun 851 M. Sulaiman menyebutkan Bandar Barus itu penghasil kapur barus dan ia singgah di bandar ini.
6) Islam di Sumatera Timur
Sebuah makam ulama yang bernama Imam Shadiq bin Abdullah wafat 23 Sya’ban 998 H ditemukan di Klumpang, Deli yaitu bekas kerajaan Haru/ Aru.
Islam masuk ke Sumatra pada abad ke-7 Masehi, yang pada waktu itu di Sumatra telah berdiri kerajaan Budha di Sriwijaya (683-1030 M) yang menjadikan Islam masuk ke daerah itu sedikit mengalami kesulitan, dan pada waktu itu kerajaan Sriwijaya mendapat serbuan dari India, maka kesempatan itu digunakan untuk menyebarkan Islam bagi daerah-daerah.
-Jalur penyebaran islam ke pulau Sumatra
Islam di Sumatra khususnya aceh dipercaya sebagai cikal-bakal penyebaran Islam di Nusantara. Penyebaran Islam dilakukan oleh para saudagar Arab yang hilir mudik berdagang dari Mesir, Persia, Gujarat ke Cina melalui Barus-Fansur yang dipastikan terletak di ujung barat pulau Sumatra.Para pembawa Islam datang langsung dari Semenanjung Arabia yang merupakan utusan resmi Khalifah atau para pedagang profesional Islam yang memang telah memiliki hubungan perdagangan dengan Aceh, sebagai daerah persinggahan dalam perjalanan menuju Cina. Hubungan yang sudah terbina sejak lama, yang melahirkan asimiliasi keturunan Arab-Aceh di sekitar pesisir ujung pulau Sumatra, telah memudahkan penyiaran Islam. Islam telah berkembang di Aceh sejak abad VII. Keberadaannya dibawa oleh para saudagar Islam Arab dan bukan merupakan misi khusus penyebaran agama. Selain dari perdagangan masuknya islam ke daerah Sumatra juga dipengaruhi oleh kerajaan kerajaan yang ada di Sumatra dan dakwah dakwah dari wali-wali atau ulama yang ada pada saat itub)
-Tokoh tokoh yang mempengaruhi masuknya islam di pulau Sumatra
Selain dari perdagangan , pernikahan dan kerajaan masuknya islam di pulau Sumatra juga di pengaruhi oleh tokoh tokoh yaitu diantaranya adalah :
a) Syekh baharudin (Sumatra barat)
b) Raden Rahmat (sunan ampel )
c) Minak Kumala bumi (Sumatra selatan)
-Kerajaan kerajaan islam yang mempengaruhi masuknya islam di Sumatra
Kerajaan kerajaan islam juga sangat berperan penting dalam masuknya islam di pulau Sumatra . adapun kerajan islam di Sumatra sebagai berikut
1) Kerajaan samudera pasai
Samudera pasai adalah kerajaan islam pertama di Indonesia . Kerajaan ini berdiri sekitar abad 13 masehi. Pusat kerajaannya terletak di pantai timur Sumatra yang kini telah berada di sekitar Kota Lhokseumawe dan Aceh Utara, Provinsi Aceh, Indonesia. Kerajaan ini merupakan kerajaan islam yang berkembang dengan pesat dan mencakup semua lapisan mulai dari kaum bangsawan dan para uleebalang ( bangsawan) . Kerajaan ini didirikan oleh merah silu atau yang biasa disebut sultan malikus saleh sekitar tahun 1285 M . dia diangkat menjadi raja oleh syekh ismail yaitu seorang mubalig Islam yang berkedudukan di mesir. Dalam pemerintahannya Sultan malikus saleh dibantu oleh Seri Kaya (Ali khairuddin), Bawa kaya ( Sidi Ali hasanuddin) dan Fakin Muhammad (mubalig yang berasal dari mesir )pada tahun 1297 Sultan Malikus saleh wafat dan memberikan warisan yang berupa kepimimpinan kepada putranya malikud dahir.Sultan Malikud dahir I (Muhammad) menjabat 29 tahun dan akhirnya wafat pada tahun 1326 M dan memberikan warisan berupa kekuasaan kepada anaknya Sultan malikud dahir II Sultan Malikud dahir II ( Ahmad bahaim syah ) Raja ini terkenal sangat alim dan rajin berdakwah dalam pemerintahannya ia dibantu oleh ulama yang dijadikan hakim yang berasal dari syiraz (iran). Pada masa ini kerajaan samudera pasai memiliki armada kapal dagang yang tangguh. Akhirnya pada tahun 1348 ia wafat dan digantikan oleh putranya Zainal abidin Zainal abidin dijadikan sebagai raja diusainya yang muda , sehingga dalam menjalankan kebijakannya banyak dipengaruhi oleh para pembantunnya yang menyebabkan kurang sesuai dengan kehendak rakyat . Akhirnya pada masa itu kerjaan ini mengalami kemunduran .Karena mengalami kemunduran hal ini dimanfaatkan oleh kerajaan majapahit dan kerajaan siam . 2 kerajaan tsb. Menyerang dan menyandera Zenal abidin dan akhirnya setelah 58 tahun berkuasa Zaenal abiding pun wafat. Lama kelamaan karena tidak ada yang mampu lagi mengangkat kerjaan pasai kerajaan ini menjadi kerajaan kecil yang ada dibawah kekuasaan kerajaan lain.
2) Kerajaan Malaka
Menurut sejarah kerajaan ini didirikan oleh seorang bangsawan yang masih keturunan Majapahit yang bernama Paramisora. Setelah beliau masuk islam dan menjadikan agama Islam sebagai agama kerajaan beliau menggunakan nama dengan gelar Sultan Muhammad syah. Dan mulai saat itu Malaka menjadi pusat perdagangan Asia Tenggara dan pusat penyebaran Islam. Dari Malaka Islam berkembang di kepulauan Nusantara, bahkan sampai ke Brunai dan Filifina Selatan (Mindanao).
3) Kerajaan Aceh
Kerajaan ini merupakan kerajaan yang menjadi pusat pengembangan islam di melayu. Kerajaan aceh ini juga sering berperang dengan portugis karena ingin mencegah berkembangnya agama kristiani di melayu. Kerjaan ini juga sebagai pendidikan islam yang akhirnya memunculkan golongan golongan ulama dan ilmuwan seperti , Hamzah fansuri Nuruddin alraniri dll. Raja pertamanya adalah Sultan Ali Mughayat Syah , kerajaan ini berhasil memperluas kekuasaan dan menyatukan kerjaan kerajaan yang ada disekitarnya . setelah sultan ali mughayat syah wafat pemerintahan dipimipin oleh Sultan salahudin keadaan aceh pada saat itu sangat lemah dan cenderung memberikan peluang untuk bekerja sama dengan portugis , akhirnya salahudin dijatuhkan Adapun masa kejayaan Kerajaan aceh yang terjadi pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda (1607 – 1636 M). Hampir dua pertiga Pulau Sumatera menjadi wilayah Aceh. Pada masa ini juga hidup seorang ulama besar yang bernama Nurudin Ar-Raniry, beliau mengarang sebuah buku sastra yang bernilain tinggi dengan judul “Bustanus Salatina”(taman raja-raja). Buku ini terdiri atas tujuh jilid berisikan sejarah Tanah Aceh dalam hubungannya dengan sejarah Islam.
4) Kerajaan Perlak
Sultan Perlak adalah Sultan Alaidin Sayid Mauana Abdul Aziz Syah. Ia dilantik pada tanggal 1 Muharram tahun 225 H.
5) Islam di Barus
Papan Tinggi adalah sebuah pemakaman di Bandar Barus, pantai barat Sumatera Utara. Di salah satu batu nisan terdapat sebuah nama Said Mahmud al-Hadramaut. Selain itu seorang Islam bernama Sulaiman telah sampai di Pulau Nias pada tahun 851 M. Sulaiman menyebutkan Bandar Barus itu penghasil kapur barus dan ia singgah di bandar ini.
6) Islam di Sumatera Timur
Sebuah makam ulama yang bernama Imam Shadiq bin Abdullah wafat 23 Sya’ban 998 H ditemukan di Klumpang, Deli yaitu bekas kerajaan Haru/ Aru.
Peristiwa Rengasdengklok
16 Agustus 1945. Pagi-pagi buta, sekitar pukul 04.30
WIB, sekelompok pemuda revolusioner membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke
Rengasdengklok, Jawa Barat. Di sana Bung Karno, Bung Hatta, dan pemuda
merundingkan Proklamasi Kemerdekaan.
Menurut versi sejarah resmi, peristiwa itu adalah aksi pemuda “menculik” Bung Karno dan Bung Hatta. Kejadian itu, katanya, merupakan buntut dari silang pendapat antara golongan tua versus muda mengenai Proklamasi Kemerdekaan.
Dalam versi sejarah resmi dikatakan, golongan tua terlalu kompromis dan hanya menunggu hadiah kemerdekaan dari Jepang. Sebaliknya, golongan muda menginginkan proklamasi segera dilakukan dan tidak rela kemerdekaan sebagai hadiah dari Jepang.
Bung Karno dan Bung Hatta dianggap representasi golongan tua. Sementara di golongan pemuda ada nama-nama seperti Sukarni, Wikana, Chaerul Saleh, Aidit, Sidik Kertapati, Darwis, Suroto Kunto, AM Hanafie, Djohar Nur, Subadio, dan lain-lain.
Saya pikir, ada beberapa hal yang janggal dari penjelasan sejarah ini. Dengan penggunaan kata “penculikan”, saya membayangkan pengambilan paksa dan penghilangan kemerdekaan si bersangkutan. Yang jadi pertanyaan, benarkah Bung Karno dan Bung Hatta dibawa paksa dan kehilangan kemerdekaannya?
Saya membaca buku Sidik Kertapati, Seputar Proklamasi 17 Agustus 1945. Sidik Kertapati adalah seorang aktor dari peristiwa itu. Dalam penjelasannya, Sidik Kertapati jelas-jelas menggunakan istilah “pengamanan tokoh nasional”. Menurutnya, Bung Karno dan Bung Hatta dibawa keluar kota agar mereka terhindar dari Jepang dalam membicarakan tugas mereka yang historis, yakni Proklamasi Kemerdekaan.
Kenapa Rengasdengklot? Karena daerah itu sejak lama sudah menjadi pusat gerakan anti-fasis. Di sana, kata Kertapati, adan kelompok anti-fasis bernama “Sapu Mas”, yang dipimpin oleh seorang perwira PETA, Syudanco Umar Bahsan.
Kalau kita baca kronologi versi Sidik Kertapati, ketika pemuda berupaya membawa Bung Karno dan Bung Hatta keluar kota, tidak ada pemaksaan dan penghilangan kemerdekaan. Ketika itu, sekitar pukul 04.00 WIB, Bung Karno masih tertidur di kediamannya di Pegangsaan Timur 56 Cikini. Ia dibangunkan oleh Chaerul Saleh.
“Keadaan sudah memuncak. Kegentingan harus diatasi,” ujar Chaerul Saleh kepada Bung Karno. “Orang-orang Belanda dan Jepang sudah bersiap menghadapi kegentingan itu. Keamanan Jakarta tidak bisa ditanggung lagi oleh pemuda dan karena itu supaya Bung Karno bersiap berangkat keluar kota,” tambahnya.
Ketika Bung Karno dan rombongan tiba di Rengasdengklot, para pemuda PETA menyambut dengan pekik “Hidup Bung Karno!”, “Indonesia Sudah Merdeka!”, dan lain-lain. Artinya, kalau penculikan, tak mungkin ada penyambutan seperti itu.
Pada tanggal 15 Agustus 1945, ada pertemuan di Asrama Baperki (Badan Perwakilan Pelajar Indonesia) di Tjikini 71. Sejumlah tokoh pemuda hadir, seperti Chaerul Saleh, Wikana, Aidit, Djohan Nur, Subadio, Suroto Kunto, dan lain-lain.
Hasil pertemuan itu: Kemerdekaan Indonesia harus dinyatakan melalui Proklamasi. Putusan tersebut akan disampaikan kepada Bung Karno dan Bung Hatta agar mereka atas nama Rakyat Indonesia menyatakan proklamasi kemerdekaan itu. Artinya, para pemuda menginginkan agar Proklamasi dinyatakan oleh Bung Karno dan Bung Hatta atas nama Bangsa Indonesia. Dalam pertemuan itu juga, seperti diungkapkan Sidik Kertapati, Aditi mengusulkan agar Bung Karno ditetapkan sebagai Presiden pertama Republik Indonesia.
Rapat itu kemudian mengutus Wikana, Aidit, Subadio, dan Suroto Kunto untuk menemui Bung Karno di kediamannya. Wikana bertindak sebagai Jubir pemuda. Utusan pemuda itu mendesak Bung Karno agar menyatakan Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 16 Agustus 1945.
Menanggapi permitaan pemuda, Bung Karno menyatakan bahwa dirinya tidak bisa mengambil keputusan sendiri. Ia meminta diberi kesempatan untuk berunding dengan pemimpin lainnya. Utusan pemuda mempersilahkan.
Perundingan antar tokoh pemimpin berlangsung saat itu juga. Beberapa saat kemudian, Bung Hatta keluar menemui pemuda untuk menyampaikan hasil perundingan, bahwa usul para pemuda tidak bisa diterima karena dianggap kurang perhitungan dan akan memakan banyak korban jiwa.
Muncul pertanyaan lain: apakah bila Bung Karno menolak usulan pemuda, lantas niat proklamasi terhenti juga? Sidik Kertapati memberi jawaban. Menurutnya, kemungkinan tidak ikut sertanya Bung Karno dan Bung Hatta dalam aksi kemerdekaan sudah diperhitungkan. Sebagai alternatifnya: Proklamasi akan dilakukan melalui Presidium Revolusi. Artinya, para pemuda sudah punya Plan B. Hanya saja, memang, rencana sangat memungkinkan dengan aksi revolusioner dan kekuatan senjata.
Namun, justu dengan adanya penolakan awal oleh Bung Karno dan Bung Hatta terhadap proposal pemuda dan juga adanya plan B, saya berkesimpulan bahwa keputusan membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklot adalah upaya pengamanan. Meskipun, pada kenyataannya, proses diskusi dan perdebatan antara pemuda dan Bung Karno masih berlanjut di Rengasdengklot.
Versi Sidik Kertapati ini mirip dengan penjelasan Aidit. Juga pernyataan Jusuf Kunto, anggota PETA yang terlibat peristiwa itu. Kepada Mr Subardjo, Yusuf Kunto mengatakan, bahwa alasan mereka membawa Bung Karno dan Hatta adalah karena rasa kekhawatiran bahwa mereka akan dibunuh oleh pihak Angkatan Darat Jepang atau paling sedikitnya dipergunakan sebagai sandera kalau kerusuhan timbul. Maklum, kata Yusuf Kunto, pada tanggal 16 Agustus 1945, pemudan dan PETA merencanakan melaksanakan aksi revolusi.
Dari cerita di atas, saya berusaha mengambil beberapa kesimpulan. Pertama, inisiatif pemuda membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklot bukanlah penculikan, melainkan pengamanan. Alasannya, pada tanggal 16 Agustus itu, pemuda merencanakan “Aksi Revolusi” untuk memproklamasikan kemerdekaan. Memang, pada kenyataannya, aksi revolusi itu tidak terjadi.
Kedua, perbedaan antara Bung Karno dan pemuda adalah soal kemerdekaan adalah soal cara. Bung Karno menginginkan Proklamasi Kemerdekaan tetap melalui jalur aman, yakni PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia), demi menghindari pertumpahan darah dan jatuhnya korban di kalangan rakyat Indonesia. Sedangkan pemuda menghendaki jalur aksi revolusi, yakni proklamasi kemerdekaan di tengah-tengah massa rakyat.
Proklamasi Kemerdekaan dilakukan tanggal 17 Agustus 1945 di kediaman Bung Karno di Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Proklamasi itu dibacakan oleh Bung Karno atas nama Bangsa Indonesia. Bukan oleh PPKI—sesuai dengan keinginan pemuda.
Menurut versi sejarah resmi, peristiwa itu adalah aksi pemuda “menculik” Bung Karno dan Bung Hatta. Kejadian itu, katanya, merupakan buntut dari silang pendapat antara golongan tua versus muda mengenai Proklamasi Kemerdekaan.
Dalam versi sejarah resmi dikatakan, golongan tua terlalu kompromis dan hanya menunggu hadiah kemerdekaan dari Jepang. Sebaliknya, golongan muda menginginkan proklamasi segera dilakukan dan tidak rela kemerdekaan sebagai hadiah dari Jepang.
Bung Karno dan Bung Hatta dianggap representasi golongan tua. Sementara di golongan pemuda ada nama-nama seperti Sukarni, Wikana, Chaerul Saleh, Aidit, Sidik Kertapati, Darwis, Suroto Kunto, AM Hanafie, Djohar Nur, Subadio, dan lain-lain.
Saya pikir, ada beberapa hal yang janggal dari penjelasan sejarah ini. Dengan penggunaan kata “penculikan”, saya membayangkan pengambilan paksa dan penghilangan kemerdekaan si bersangkutan. Yang jadi pertanyaan, benarkah Bung Karno dan Bung Hatta dibawa paksa dan kehilangan kemerdekaannya?
Saya membaca buku Sidik Kertapati, Seputar Proklamasi 17 Agustus 1945. Sidik Kertapati adalah seorang aktor dari peristiwa itu. Dalam penjelasannya, Sidik Kertapati jelas-jelas menggunakan istilah “pengamanan tokoh nasional”. Menurutnya, Bung Karno dan Bung Hatta dibawa keluar kota agar mereka terhindar dari Jepang dalam membicarakan tugas mereka yang historis, yakni Proklamasi Kemerdekaan.
Kenapa Rengasdengklot? Karena daerah itu sejak lama sudah menjadi pusat gerakan anti-fasis. Di sana, kata Kertapati, adan kelompok anti-fasis bernama “Sapu Mas”, yang dipimpin oleh seorang perwira PETA, Syudanco Umar Bahsan.
Kalau kita baca kronologi versi Sidik Kertapati, ketika pemuda berupaya membawa Bung Karno dan Bung Hatta keluar kota, tidak ada pemaksaan dan penghilangan kemerdekaan. Ketika itu, sekitar pukul 04.00 WIB, Bung Karno masih tertidur di kediamannya di Pegangsaan Timur 56 Cikini. Ia dibangunkan oleh Chaerul Saleh.
“Keadaan sudah memuncak. Kegentingan harus diatasi,” ujar Chaerul Saleh kepada Bung Karno. “Orang-orang Belanda dan Jepang sudah bersiap menghadapi kegentingan itu. Keamanan Jakarta tidak bisa ditanggung lagi oleh pemuda dan karena itu supaya Bung Karno bersiap berangkat keluar kota,” tambahnya.
Ketika Bung Karno dan rombongan tiba di Rengasdengklot, para pemuda PETA menyambut dengan pekik “Hidup Bung Karno!”, “Indonesia Sudah Merdeka!”, dan lain-lain. Artinya, kalau penculikan, tak mungkin ada penyambutan seperti itu.
Pada tanggal 15 Agustus 1945, ada pertemuan di Asrama Baperki (Badan Perwakilan Pelajar Indonesia) di Tjikini 71. Sejumlah tokoh pemuda hadir, seperti Chaerul Saleh, Wikana, Aidit, Djohan Nur, Subadio, Suroto Kunto, dan lain-lain.
Hasil pertemuan itu: Kemerdekaan Indonesia harus dinyatakan melalui Proklamasi. Putusan tersebut akan disampaikan kepada Bung Karno dan Bung Hatta agar mereka atas nama Rakyat Indonesia menyatakan proklamasi kemerdekaan itu. Artinya, para pemuda menginginkan agar Proklamasi dinyatakan oleh Bung Karno dan Bung Hatta atas nama Bangsa Indonesia. Dalam pertemuan itu juga, seperti diungkapkan Sidik Kertapati, Aditi mengusulkan agar Bung Karno ditetapkan sebagai Presiden pertama Republik Indonesia.
Rapat itu kemudian mengutus Wikana, Aidit, Subadio, dan Suroto Kunto untuk menemui Bung Karno di kediamannya. Wikana bertindak sebagai Jubir pemuda. Utusan pemuda itu mendesak Bung Karno agar menyatakan Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 16 Agustus 1945.
Menanggapi permitaan pemuda, Bung Karno menyatakan bahwa dirinya tidak bisa mengambil keputusan sendiri. Ia meminta diberi kesempatan untuk berunding dengan pemimpin lainnya. Utusan pemuda mempersilahkan.
Perundingan antar tokoh pemimpin berlangsung saat itu juga. Beberapa saat kemudian, Bung Hatta keluar menemui pemuda untuk menyampaikan hasil perundingan, bahwa usul para pemuda tidak bisa diterima karena dianggap kurang perhitungan dan akan memakan banyak korban jiwa.
Muncul pertanyaan lain: apakah bila Bung Karno menolak usulan pemuda, lantas niat proklamasi terhenti juga? Sidik Kertapati memberi jawaban. Menurutnya, kemungkinan tidak ikut sertanya Bung Karno dan Bung Hatta dalam aksi kemerdekaan sudah diperhitungkan. Sebagai alternatifnya: Proklamasi akan dilakukan melalui Presidium Revolusi. Artinya, para pemuda sudah punya Plan B. Hanya saja, memang, rencana sangat memungkinkan dengan aksi revolusioner dan kekuatan senjata.
Namun, justu dengan adanya penolakan awal oleh Bung Karno dan Bung Hatta terhadap proposal pemuda dan juga adanya plan B, saya berkesimpulan bahwa keputusan membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklot adalah upaya pengamanan. Meskipun, pada kenyataannya, proses diskusi dan perdebatan antara pemuda dan Bung Karno masih berlanjut di Rengasdengklot.
Versi Sidik Kertapati ini mirip dengan penjelasan Aidit. Juga pernyataan Jusuf Kunto, anggota PETA yang terlibat peristiwa itu. Kepada Mr Subardjo, Yusuf Kunto mengatakan, bahwa alasan mereka membawa Bung Karno dan Hatta adalah karena rasa kekhawatiran bahwa mereka akan dibunuh oleh pihak Angkatan Darat Jepang atau paling sedikitnya dipergunakan sebagai sandera kalau kerusuhan timbul. Maklum, kata Yusuf Kunto, pada tanggal 16 Agustus 1945, pemudan dan PETA merencanakan melaksanakan aksi revolusi.
Dari cerita di atas, saya berusaha mengambil beberapa kesimpulan. Pertama, inisiatif pemuda membawa Bung Karno dan Bung Hatta ke Rengasdengklot bukanlah penculikan, melainkan pengamanan. Alasannya, pada tanggal 16 Agustus itu, pemuda merencanakan “Aksi Revolusi” untuk memproklamasikan kemerdekaan. Memang, pada kenyataannya, aksi revolusi itu tidak terjadi.
Kedua, perbedaan antara Bung Karno dan pemuda adalah soal kemerdekaan adalah soal cara. Bung Karno menginginkan Proklamasi Kemerdekaan tetap melalui jalur aman, yakni PPKI (Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia), demi menghindari pertumpahan darah dan jatuhnya korban di kalangan rakyat Indonesia. Sedangkan pemuda menghendaki jalur aksi revolusi, yakni proklamasi kemerdekaan di tengah-tengah massa rakyat.
Proklamasi Kemerdekaan dilakukan tanggal 17 Agustus 1945 di kediaman Bung Karno di Pegangsaan Timur 56 Jakarta. Proklamasi itu dibacakan oleh Bung Karno atas nama Bangsa Indonesia. Bukan oleh PPKI—sesuai dengan keinginan pemuda.
Nama Latin Tumbuhan
Alpukat (Persea americana)
Apel (Pyrus malus)
Belimbing Manis (Averrhoa carambola)
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi)
Ceremai (Phyllanthus acidus)
Delima (Punica granatum)
Durian (Durio zibethinus)
Duwet (Syzygium cumini)
Gayam (Inocarpus fagiferus)
Jambu Air (Eugenia aquea)
Jeruk Manis (Citrus sinensis)
Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)
Kasturi (Mangifera casturi)
Kawista (Limonia acidissima)
Kedoya (Dysoxylum gaudichaudianum)
Kemang (Mangifera kemanga)
Kelapa (Cocos nucifera)
Kepa (Syzygium polycephalum)
Kepel (Stelechocarpus burahol)
Kersen (Muntingia calabura)
Korma rawa (Phoenix paludosa)
Lontar (Borassus flabellifer)
Mangga (Mangifera indica)
Manggis (Garcinia mangostana)
Matoa (Pometia pinnata)
Menteng (Baccaurea racemosa)
Mundu (Garcinia dulcis)
Nam Nam (Cynometra cauliflora)
Nangka (Artocarpus heterophyllus)
Pisang (Musa paradisiaca)
Pepaya (Carica papaya)
Rambutan (Nephelium lappaceum)
Salak (Salacca zalacca)
Sawo Kecik (Manilkara kauki)
Sawo Manila (Manilkara zapota)
Apel (Pyrus malus)
Belimbing Manis (Averrhoa carambola)
Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi)
Ceremai (Phyllanthus acidus)
Delima (Punica granatum)
Durian (Durio zibethinus)
Duwet (Syzygium cumini)
Gayam (Inocarpus fagiferus)
Jambu Air (Eugenia aquea)
Jeruk Manis (Citrus sinensis)
Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia)
Kasturi (Mangifera casturi)
Kawista (Limonia acidissima)
Kedoya (Dysoxylum gaudichaudianum)
Kemang (Mangifera kemanga)
Kelapa (Cocos nucifera)
Kepa (Syzygium polycephalum)
Kepel (Stelechocarpus burahol)
Kersen (Muntingia calabura)
Korma rawa (Phoenix paludosa)
Lontar (Borassus flabellifer)
Mangga (Mangifera indica)
Manggis (Garcinia mangostana)
Matoa (Pometia pinnata)
Menteng (Baccaurea racemosa)
Mundu (Garcinia dulcis)
Nam Nam (Cynometra cauliflora)
Nangka (Artocarpus heterophyllus)
Pisang (Musa paradisiaca)
Pepaya (Carica papaya)
Rambutan (Nephelium lappaceum)
Salak (Salacca zalacca)
Sawo Kecik (Manilkara kauki)
Sawo Manila (Manilkara zapota)
Jahe (Zingiber officinale)
Bengkuang (Pachyrhizus erosus)
Garut (Maranta arundinacea)
Ganyong (Canna edulis)
Kedawung (Parkia roxburghii)
Lengkuas (Alpinia galanga)
Singkong (Manihot esculenta)
Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
Bengkuang (Pachyrhizus erosus)
Garut (Maranta arundinacea)
Ganyong (Canna edulis)
Kedawung (Parkia roxburghii)
Lengkuas (Alpinia galanga)
Singkong (Manihot esculenta)
Ubi Jalar (Ipomoea batatas)
Kamis, 20 November 2014
Teknik Menggambar
Teknik menggambar terdiri dari
beberapa macam, antara lain :
1. TEKNIK ARSIR
Teknik mengambar arsir lebih
menekankan pada kekauatan garis (stroke). Dilakukan berulang-ulang secara
sejajar maupun tumpang berpotongan, hal ini dilakukan untuk memberikan kesan
gelap. Atau dapat dilakukan secara sejajar dengan memperhatikan kerapatannya
saja, apabila dilakukan dengan rapat menyebabkan kesan gelap dan sebaliknya.
Atau menggunakan tekanan yang ringan dan kuat dilakukan secara diulang-ulang.
Alat yang digunakan biasanya pensil, spidol, crayon, konte, kapur, arang, dll.
2. TEKNIK DUSSEL (GOSOK)
Teknik menggambar ini menggunakan
bantuan kapas atau alat khusus yang berupa gulungan kertas (bentuknya mirip
pensil), bahkan jari-jari kitapun dapat digunakan untuk teknik menggambar yang
satu ini. Pada teknik ini stroke/garis akan dihilangkan atau dihaluskan dengan
cara digosok-gosok (dusel). Yang paling cocok untuk teknik menggambar ini
adalah menggunakan jenis pensil yang lunak ( 2B ke atas) atau konte dan
krayon.
3. TEKNIK BLOK (silhouette)
Teknik menggambar ini memang jarang
kita jumpai sehingga tampak seperti sesuatu yang baru. Teknik ini lebih
menekankan pada perwujudan karakter objek. Dengan hanya melihat silhuetnya saja
kita bisa menebak bentuk dari objek tersebut.
4. TEKNIK TITIK (POINTILISME )
Teknik menggambar ini
menitikberatkan pada penggunaan titik (dot) untuk membentuk gambar. barangkali
ada yang bertanya berapa banyak titik harus dibuat? Ya jawabnya tergantubg dari
besar kecilnya gambar serta ditailnya.Penyusunan titik-titik yang jumlahnya
ribuan bahkan jutaan titik. Kerapatan penyusunan titik-titik adalah untuk
menentukan gelap terang dari suatu objek agar tampak pejal (kesan tiga dimensional).
5. TEHNIK AQUAREL (TRANSPARAN)
Teknik menggambar ini menggunakan
media basah agar supaya menghasilkan warna yang transparan. Paling cocok
menggunakan media cat air, cat acrylik, dsb. Kertas gambar sebelum dilakukna
proses menggambar paling bagus yang harus dibasahi agar cat cepat menyebar.
Atau dibuat lembab. Alat yang cocok adalah menggunakan kuas. Dilakukan secara
berulang-ulang dan menumpuk agar menghasilkan warna tua atau gelap. Teknik
menggambar yang satu ini memang membutuhkan kemampuan khusus dalam penguasaan
alat kuas. Gambar dari teknik ini memiliki karakter khusus dan karena bahan
warnanya cat air atau acrylik maka warna yang dihasilkan memeng tampak
cemerlang kalau dibandingkan crayon.
Langganan:
Postingan (Atom)